Salah satu penyakit mata yang sering kita dengar adalah Glaukoma. Sebagaimana katarak, penyakit ini merupakan gangguan mata yang bisa menyebabkan kebutaan. Bedanya, kalau kebutaan akibat katarak bisa diobati dengan obat atau operasi, gangguan lapang pandang yang disebabkan glaucoma tidak bisa diperbaiki.
Pengobatan dan tindakan operasi yang dilakukan hanya bisa mencegah kerusakan lebih lanjut. Para ahli memperkirakan,tak kurang dari 67 juta penduduk dunia terancam kebutaan akibat glaukoma. Di AS, penyakit ini menjangkit sekitar tiga juta orang. Di Indonesia lebih dari 700.000 penduduk menderita glaukoma, dengan kondisi sepertiga telah buta, sisanya terancam kebutaan.
Menurut situs kesehatan Yahoo, ada empat tipe glaukoma, yaitu glaukoma kronis, glaukoma akut, glaukoma bawaan, serta glaukoma sekunder. Semua itu ditandai peningkatan tekanan pada bola mata menyebabkan desakan pada pertemuan saraf mata dengan retina di bagian belakang mata. Akibatnya, pasokan darah ke saraf mata yang bertugas menghantar hasil penglihatan mata ke otak terhambat.
Hambatan pasokan darah menyebabkan sel-sel saraf mati secara progresif. Tanpa penanganan yang baik, glaukoma bisa menyebabkan kebutaan dalam jangka waktu 20-25 tahun. Karena itu, deteksi dini dan pengobatan sangat penting.
Glaukoma kronis, tipe yang paling umum diderita masyarakat, terjadi karena saluran keluar cairan mata menyempit secara bertahap. Hal ini terjadi tanpa gejala apapun dan baru disadari jika lapang pandang benar-benar telah menyempit. Satu-satunya cara untuk mengetahui secara dini adalah pemeriksaan mata rutin, terutama pada mereka yang beresiko tinggi,yaitu penderita diabetes mempunyai riwayat keluarga menderita glaukoma, rabun jauh serta berusia di atas 40 tahun.
Glaukoma akut terjadi pada orang yang mempunyai sudut sempit antara iris (selaput pelangi) dengan kornea. Dalam hal ini, selaput pelangi tiba-tiba meleset dari tempatnya dan menutup pangkal saluran cairan mata. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang rabun dekat. Penderita akan merasa nyeri, mata merah, mual dan pandangan mata menjadi kabur secara cepat.
Glaukoma bawaan yang terjadi sejak lahir merupakan akibat ketidaksempurnaan perkembangan saluran cairan mata di masa janin. Penderita menjadi sangat peka terhadap cahaya,mata merah dan kornea membesar. Satu-satunya cara adalah dengan operasi.
Glaukoma sekunder disebabkan penyakit lain, termasuk uveitis (infeksi pada selaput pelangi, badan siliar dan koroid), penyakit sistemik, serta obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid.
Glaukoma, terutama yang kronis diobati dengan obat tetes mata yang mengandung zat penghambat beta adrenergic. Selain itu, ada beberapa jenis obat oral dan obat suntik yang bisa digunakan untuk pengobatan. Para ahli sedang mengembangkan obat penghambat enzim nitrat oksida sintase. Enzim mini terdapat di seluruh tubuh dan dalam jumlah berlebih bisa merusak saraf mata.
Operasi darurat untuk mengurangi tekanan pada bola mata, biasanya dilakukan pada glaukoma akut dan glaukoma kronis yang parah. Operasi yang disebut dengan iridotomi ini untuk membuat lubang saluran di selaput pelangi dengan sinar laser.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar